Bertauhid

era persidangan: Profesor KH. Kata Aqil Siroj, Massachusetts. (Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama-PBNU -) – TRIBUNNEWS.COM-Manusia terdiri atas raga dan jiwa. Sebagaimana tubuh terus berubah, begitu pula jiwa. Badan bisa sakit dan sehat. Dari muda sampai tua. Kemegahan itu tiba-tiba menjadi tua dan pelupa.

Hal yang sama berlaku untuk keyakinan dan tauhid. Iman berubah-ubah. Pikiran datang dan pergi dengan mudah. Karena hakikat hidup adalah berubah. Mungkin seseorang percaya diri hari ini, belum tentu besok. Hari ini tidak bermoral, Anda bisa bertobat besok. Apalagi di jaman mihan yang penuh dengan ketidakteraturan Iman dan tauhid ibarat bara api. Jika tidak hati-hati, perubahan sekecil apapun seperti penyebaran virus corona dapat membuat keyakinan tauhid hilang. Kehilangan kepercayaan pada kekuatan dan kehendak Tuhan.

Faktanya, perbedaan antara orang percaya dan orang tidak percaya sangat kecil. Orang percaya melihat keterlibatan Tuhan di balik segalanya dan setiap perubahan. Selama ini, orang kafir terjebak dalam realitas material yang hanya bersifat eksternal. Mereka tidak percaya pada Tuhan.

Imam Junaid Baghdadi (Imam Junaid Baghdadi) menafsirkan tauhid sebagai “arti tadhmahillu fihi al-rusumu wa tandariju fihi al” ulumu, wa yakunu Allahu ta’ala kama lam yazal “; Perasaan atau pemahaman yang bisa membengkokkan segala bentuk dan mengandung segala ilmu, Allah akan selalu ada. Arti tauhid disebut juga ma’rifat yang artinya mengenal Allah dengan benar. Dengan perbuatan jahat seperti itu, berbagai realitas terlipat, dan Allah yang mutlak tidak ada habisnya. -Im Junaid (Imam Junaid) berkata: “Kamu tahu, ibadah pertama Allah adalah menyembahnya. Tujuan utama dari non-ibadah Allah adalah untuk mendewakannya.”

Ketika wabah merenggut nyawa ribuan orang, beberapa di antaranya telah pulih, yang lain telah meninggal, staf medis dan ulama berjuang dengan caranya sendiri, kaum monoteis memiliki pengetahuan: Allah ada di balik segalanya. Oleh karena itu, tidak perlu terlalu khawatir dan takut. Keadaan pikiran dan tubuh telah menyebabkan kerusakan besar pada kesehatan, keyakinan, dan monoteisme.

Tauhid yang paling murni adalah Tauhid Dzat, yang mengingkari sifat dan sifat Allah. Manusia memperlakukan Allah dan Allah secara setara.Namun, pengalaman Tauhid Dzat semacam ini tidak mudah kecuali bagi mereka yang dibimbing langsung oleh Allah.

Add Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *