
Penulis: Fadjroel Pak Rachman
TRIBUNNEWS.COM- karena kekuasaan dari waktu ke waktu untuk terorganisir, maka ada harapan terbesar adalah bahwa para pemimpin dan rakyat bersatu bersama. Para pemimpin yang siap untuk duduk sejajar dan berjuang untuk nasib rakyat. Sejarah dunia menunjukkan bahwa para pemimpin yang dapat bersatu dengan orang-orang adalah hasil dari kehidupan di antara orang-orang. Penempaan menciptakan rasa simpati untuk nasib orang lain. Pada 21 Juni 1961, seorang bayi lahir di lingkungan manusia biasa. Ayahnya adalah pedagang kayu dan bambu kecil bernama Notomiharjo. Nama ibunya adalah Sujiatmi.
Kondisi hidup miskin membutuhkan semangat dan kebijaksanaan untuk menjadi orang yang benar. Nama Joko Widodo diberikan sehingga suatu hari ia akan menjadi orang yang gigih dan bijaksana. Nilai-nilai kemanusiaan, tepo sliro (toleransi) dan kerja keras pada umumnya adalah nilai-nilai luhur masyarakat Indonesia, dan orang tua mereka menanamkan nilai ini. ? Sore hari anak-anak di Jilindra-Compassion dan nilai-nilai luhur Indonesia telah menjadi fondasi dasar Joko Widodo. Oleh karena itu, dalam masyarakat sehari-hari, tindakan ke bawah Brusukhan didasarkan pada empati.
Sebagai walikota solo, dari 2005 hingga 2012, Joko Widodo (Joko Widodo) merumuskan kebijakan yang bermanfaat bagi rakyat. Relokasi PKL karena dampaknya pada kepadatan fasilitas umum dilakukan melalui dialog, kemanusiaan dan non-kekerasan.
Baca: Bantuan Presiden Jokowi mengungkapkan kebiasaan ulang tahun Jokowi — sejak 2014, orang-orang mulai mempercayakan kepadanya dengan mandat Presiden Republik Indonesia. Presiden Joko Widodo, yang dilahirkan dalam pemalsuan lingkungan rakyat jelata, masih menjadikan empati dan nilai-nilai luhur Indonesia sebagai fondasi kepemimpinan politik negara.
Add Comment