Inna Lillah, negeri Indonesia yang menyedihkan.

Penulis: KH. Imam Jazuli, Lc. , MA *

TRIBUNNEWS.COM-Inna Lillahi wa inna ilaihi raji’un. Segala sesuatu yang hidup akan merasakan kematian. Namun kematian “Kerajaan Kusama” seperti KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, Kepala Sekolah Pondok Pesantren Modern Guntor Darussalam, pergi dengan kesedihan yang abadi.

Kiyai Abdullah Syukri ini adalah anak sulung Kiyai Imam Zarkasyi, salah satu pendiri Trimurti, bungalo modern di Guntor, Darussalam. Pada 1960-an, ia menyelesaikan Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) dan melanjutkan kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah. Tiga puluh tahun kemudian, pada tahun 1992, penulis baru menerima pendidikan pertamanya di Guntor. Ilmu Gontor yang sempat penulis minum hanya setelah seminggu meminumnya, namun rumah kayu yang dibangun oleh Trimurti ini telah diletakkan oleh Syeikh Sulaiman Jamaluddin dari Cirebon. Mendapat gelar master pada tahun 1976. Mendapat gelar Master of Arts (MA) pada tahun 1978. Sejak 1971, ia diangkat ke Dewan Asosiasi Mahasiswa Islam Kairo. Dia adalah sosok ideal Azhariyyin. Dalam perencanaan pentas pesantren, ia dianggap sebagai penyelenggara modernisme.

Ide Kayai Abdullah Zarkasyi terwujud dalam gerakan radikal Pondok Modern Darussalam Gontor. Idealisme khusus dapat dipahami dengan memandang Pondok Gontor itu sendiri. Beberapa karyanya menjadikan Pandoc Guntor sebagai model pemikirannya.

Potret Pandok Guntor bukan hanya prototipe pendidikan Islam yang ideal. Tidak hanya itu, bisnis dan manajemen bisnis yang dijalankan oleh Pondok Gontor juga menjadi “ titik masuk ” bagi kita untuk memahami gagasan Kiyai Abdullah Syukri Zarkasyi. -Akhirnya Kiyai Abudullah Syukri Zarkasyi selalu mencontohkan Pondok Gontor, menganggap Islam adalah agama dan budaya. Itu adalah mesin pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini melengkapi pandangan kita tentang membaca pikirannya, yang peka konteks sampai dia meninggalkan kita sekarang. — Dengan kerangka ideologis yang begitu lengkap, tak heran jika Kiyai Abdullah Syukri Zarkasyi berkiprah di berbagai bidang. Ia diangkat menjadi Dewa Konsultan Panitia Pusat Ulima Indonesia, Ketua Panitia Pendidikan Agama dan Pertimbangan Pendidikan (1999-sekarang), dan Ketua Majelis Majelis Pesantren Jatim (1999). (Sampai saat ini), dan tentunya kepala pesantren modern di Guntor (dari tahun 1985 sampai sekarang).

Add Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *