TRIBUNNEWS.COM-Syarief Hasan, wakil ketua Partai Progresif Partai Demokrat Indonesia, mengatakan dia tidak setuju untuk menggunakan dana DPRK untuk tujuan lain selain DPRK. Ini termasuk pidato transfer yang akan dilakukan Bank Indonesia sebagai tanggapan atas kebutuhan intervensi pasar selama pandemi. Cadangan devisa dipegang oleh bank-bank Indonesia.
Pidato itu dibatalkan setelah Departemen Agama Republik Indonesia secara resmi mengumumkan bahwa mereka tidak akan mengirim peziarah pada tahun 2020. Kurangnya kejelasan tentang pelaksanaan ziarah oleh pemerintah Arab Saudi telah menyebabkan pemerintah Indonesia untuk mengambil tindakan. Keputusan yang sulit. Tentu saja, ini mengecewakan banyak partai politik, terutama calon jamaah haji.

Kekecewaan calon peziarah beralasan. Karena para peziarah antri dan menabung untuk waktu yang lama, mereka memiliki kesempatan untuk pergi ke Tanah Suci. Beberapa orang bahkan telah menunggu peluang selama beberapa dekade, tetapi tidak dapat meninggalkan Ha Ha. Meskipun mengalami kekecewaan, masyarakat tentu memahami ketidakstabilan hari ini. “Pemerintah tidak boleh meningkatkan kekecewaan publik dengan menggunakan dana ziarah untuk tujuan lain. Termasuk pidato tentang penggunaan Korea Utara sebesar 8,7 triliun rupee oleh bank-bank Indonesia. Tidak bisakah saya menggunakan cadangan devisa Bank Dunia? Apakah pasar intervensi Indonesia mencapai 127,9 miliar dolar AS pada akhir 2020? Karena popularitas Covid-19, tidak punya cukup dana untuk memulihkan ekonomi? “Dia bertanya .
Syarief Hasan, wakil ketua Konferensi Konsultasi Rakyat Indonesia, mengatakan bahwa rakyat dan Parlemen Indonesia telah merumuskan berbagai kebijakan melalui PERPPU No. 2020. Pemerintah harus mengoptimalkan ketepatan waktu pandemi Covid-19 dan hasilnya Dia juga menekankan bahwa pemerintah tidak boleh menggunakan dana ziarah milik populasi kecil di luar ruang lingkup kegiatan ziarah, agar tidak menambah kekecewaan dalam kegiatan ziarah. Orang yang tidak pergi haji tahun ini.
Add Comment