Jakarta, TRIBUNNEWS.COM-Bambang Soesatyo, Ketua Konferensi Permusyawaratan Rakyat Indonesia, mengenang bahwa selama dan setelah pandemi Covid-19, tantangan dunia ke depan sangat sulit. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan menyusut minus 4,9%, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya minus 3%. Bank Dunia juga memperkirakan pada tahun 2020, produk domestik bruto global global akan terkoreksi menjadi negatif 5,2%.

“Ekonom juga memprediksikan bahwa separuh dari kesempatan kerja global akan hilang dan tidak akan kembali. Dunia industri akan benar-benar berubah.” Ia akan lebih individualistis dan memasuki era teknologi, digitalisasi dan robotika lebih cepat. Dunia akan berbeda dari sebelumnya. Karena kita juga harus bersiap untuk melakukan perubahan, ”kata Bamsoet saat Rapat Doa Nasional pengukuhan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI MPO) 2020-2022 yang sebenarnya digelar pada Jumat di Jakarta (26/6/20).
Mantan Juru Bicara MPR ini menjelaskan bahwa pada triwulan I tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia memang tidak tinggi, namun lumayan lah, sekitar 2,97%, lebih baik dari negara lain seperti Malaysia 0,7% dan Singapura minus 0,7 %, Thailand minus 1, 8%, China minus 6.8%, Jepang minus 2.2%, Inggris minus 2% atau Jerman minus 2.2%. “Namun, pada kuartal kedua, pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan akan direvisi menjadi minus 3,8%. Dengan melemahnya daya beli global, otomatis nilai ekspor kita akan turun. Penurunan output juga berdampak pada peningkatan pengangguran. Diperkirakan pada 2021, angka pengangguran terbuka bisa turun dari 10,7 juta menjadi 12,7 juta, ”kata Bamsoet.
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia mengungkapkan, situasi keuangan Indonesia dan banyak negara terlihat dari dampak perpajakannya. Pada April 2020, penerimaan pajak turun 3,1% menjadi 376,3 triliun rupee, defisit APBN mencapai 74,5 triliun rupee, dan total utangnya pun tidak sedikit. Hingga April 2020 tercatat 517,248 miliar orang Indonesia. Rupiah yaitu 4338,44 miliar rupiah atau 83,9% surat berharga negara (SBN), dan 834,04 miliar rupiah atau 16,1% dari pinjaman luar negeri dan luar negeri, dimana pinjaman dalam negeri sebesar 9,92 triliun rupiah dan pinjaman asing sebesar 824,12 triliun rupiah Dengan mengoptimalkan kinerja Kementerian Keuangan untuk berinovasi, pemerintah juga harus fokus pada penyelesaian masalah pandemi Covid-19, dan jika pandemi tidak tuntas akan sulit untuk “kita ingin memulai kembali pemulihan ekonomi,” kata Bamsue. Menyadari bahwa tidak ada negara di dunia, terlepas dari status geopolitiknya, yang dapat bertahan secara mandiri untuk mengembangkan dan mempertahankan kelangsungan ekonominya. “Itu sendiri, karena negara-negara tersebut tidak dapat menahan gelombang dan dampak pandemi. Seperti kita saksikan mulai dari Amerika Serikat hingga Brazil yang masih belum bisa mengatasi Covid-19, bahkan telah merembet ke berbagai krisis lain, seperti krisis ekonomi. “Apakah itu krisis sosial atau politik,” kata Bamsoet.
Melihat berbagai tantangan dan konsekuensi yang ditimbulkan oleh pandemi Covid 19, panitia ahli KAHMI mendorong pengurus HMI untuk berperan sebagai generator dan mendorong pembangunan. Organisasi HMI harus selalu siap dengan eksekutif yang kuat agar bisa menjadi kapten dan awak kapal yang bisa bekerja sama dan melindungi Bahtera dari berbagai badai yang terjadi.
“Tabut tidak akan bertahan kecuali semua anggota kru berpartisipasi dalam kerjasama untuk menyelamatkan Tabut. Selain itu, penumpang Tabut adalah orang-orang muda yang ditandai dengan siswa. Di masa depan, manajemen organisasi akan memiliki banyak dinamika, tantangan, dan liku-liku. Sekarang kita harus bersiap, ”pungkas Bamsoet.
Add Comment